JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional (Kabalitbang Kemdiknas) Mansyur Ramli mengimbau masyarakat untuk berhenti menyimpulkan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) sebagai sekolah yang mahal.
Semua itu tergantung dari apa yang ditawarkan. Seperti seseorang membeli sesuatu, jika barangnya baik, maka harganya juga akan tinggi.
-- Mansyur Ramli
"Semua itu tergantung dari apa yang ditawarkan. Seperti seseorang membeli sesuatu, jika barangnya baik, maka harganya juga akan tinggi," kata Mansyur, Rabu (11/5/2011) di Jakarta.
Namun pada prinsipnya, lanjut Mansyur, pembiayaan layanan pendidikan harus bisa dijangkau oleh masyarakat. Menurutnya, masyarakat dari golongan mampu bisa masuk RSBI, sementara masyarakat kurang mampu juga bisa memanfaatkan 20 persen kursi yang disediakan.
"Namun, semua harus melalui pendekatan akademis," ujarnya.
Menurut Mansyur, pihak sekolah RSBI juga harus bijak dalam menentukan tarif. Hal itu agar tidak ada lagi penilaian masyarakat tentang RSBI yang mahal.
"Sekolah harus bijak menentukan tarif agar tak ada lagi lelucon jika RSBI itu rintisan sekolah bertarif internasional," kata Mansyur.
Jadi, sambung Mansyur, sekolah harus melihat betul anggaran belanjanya. Jika dana yang ada dapat memenuhi, lanjut dia, maka sekolah tidak perlu memungut biaya dari orangtua murid. Selain itu, jika memang mutu yang ditetapkan lebih tinggi dari anggaran, maka sekolah harus menetapkan biaya sesuai mutu yang ditawarkan.
"Jangan menjadi hura-hura. Kita ingin biaya yang ditetapkan itu sesuai mutu yang ditawarkan," ujarnya.
Sumber : http://edukasi.kompas.com/
subscribe to comments RSS
There are no comments for this post